Persidangan Sinode Tahunan (PST) GPIB 2024

Persidangan Sinode Tahunan (PST) GPIB 2024 akan dilaksanakan di Musyawarah Pelayanan Kalimantan Timur II sebagai tuan rumah

Kamis, Juni 25, 2009

LEMBU SUANA

LEMBU SUANA dalam dua versi

Lembu Suana merupakan lambang kebesaran Kerajaan Kutai Kertanegara. Keberadaannya kerap kali dikaitkan dengan legenda Puteri Karang Melenu. Digambarkan dalam mitos tersebut Lembusuana mengangkat Puteri Karang Melenu sewaktu timbul dalam air.

Lembu Suana secara deskriptif digambarkan berbelai gading seperti gajah, bertaring seperti macan, bertubuh seperti kuda, bersayap dan bertaji seakan-akan burung garuda, berekor seperti naga dengan seluruh tubuhnya bersisik.

Setiap bagian memiliki filosofi tersendiri, belalai yang melingkar ke belakang misalnya mensimbolkan kemampuan merangkul semua elemen masyarakat dalam satu wadah, Bertubuh seperti kuda melambangkan kekuatan Kukar, syapnya artinya kemampuan untuk pergi kemanapun ia mau.

Ada dua versi Lembusuana Kutai Kertanegara yaitu yang duduk dn berdiri. Lembusuana duduk, berada di Pulau Kumala dan menaghadap kearah jembatan Kutai Kertanegara I. Lembusuana ini merupakan buah karya seniman patung asal Bali Nyoman Nuarta.

Sedangkan Lembusuana versi berdiri, berada di depan Museum Mulawarman. Lembusuana berwarna emas ini selain terdapat di Museum, duplikatnya juga terdapat di gedung pemerintahan Propinsi Kalimantan Timur dan beberapa gedung lainnya. Kini symbol yang dibuat oleh salah seorang seniman asal Birma-Myanmar.red-bukan hanya menjadi symbol kebesaran kerajaan Kutai Kertanegara namun juga kebanggan Kalimantan Timur

tuanisianipar


Kota Tenggarong


Foto diambil dari Jembatan Kutai Kartanegara

Senin, Juni 22, 2009

Silsilah Raja-Raja KUTAI


“Meski dinasti MUlawarman Kerajaan Kutai Martapura telah runtuh sejak abad ke-17, cita-cita dan kebesarannya terus dilanjutkan oleh Kutai Kartanegara sebagai pewaris kerajaan tertua di Indonesia”

Ketika mendengar kata Kutai yang disebutkan, maka serentak muncul dalam pikiran ialah sebuah kerajaan hindu tertua di Indonesia. Meski kini,sejak otonomi kutai mengalami pemekaran menjadi beberapa wilayah termasuk diantaranya Kutai Timur, Kutai Barat dan Kutai Kertangara, nama yang terakhir kerap dianggap sebagai sentral kerajaan karena hingga kini masih kokoh berdirinya kesultanan Kutai Kartanegara.

Kerajaan Kutai Martapura yang kerap dikenal dengan sebutan Kutai Mulawarman karena kepemimpinan dinasti Mulawarman berdiri pada sekitar abad ke-5 di wilayah Muara Kaman yang secara geografis masuk dalam wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara.

Salah satu bukti sejarah pendukung keberadaan kerajaan ini ialah prasasti Yupa (tiang batu) yang ditemukan pada tahun 1879 dan 1940 di sekitar desa Muara Kaman tepatnya di pertemuan sungai Mahakam dan Kedang Kepala. Berdasarkan analisa sejarah termasuk antara lain Usman Ahmad, disinilah dulunya kerajaan Kutai Martadipura berpusat.

Prasasti tersebut berdasarkan paleografinya berbahasa sangsekerta dengan huruf pallawa berasal dari abad ke-5, dalam isi tulisan tersebut terungkap bahwa Kutai dipimpin oleh Raja Mulawarman yang merupakan putra raja Aswawarman dan cucu Maharaja Kudungga.

Apa kaitannya dengan Kerajaan Kutai Kertanegara yang sesungguhnya baru pada abad ke-13 itu?, keterkaitannya terletak saat Kutai Kartanegara menaklukkan Kutai Mulawarman dalam sebuah peperangan pada abad ke-17. Akibat dari perang itu Dinasti Mulawarman yang menjadi penanda keberadaan Kutai Martapura runtuh, setelah berdiri selama sekitar 14 abad.

Dalam catatan sejarah, keruntuhannya disebabkan oleh peperangan yang terjadi pada abad ke-17 antara Kerajaan Kukar dengan Kutai Martadipura yang dimenangkan oleh Kukar. Dan sebagai penanda beralihnya kekuasaan Kutai Martapura kepada Kukar, maka dicantumkanlah tambahan Ing Martapura pada nama saat itum, Aji Pangeran Sinom Panji Nendapa Ing Martapura.

Pencantuman ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aji Pangeran Dipati Anom Mendapa Ing Martapura pada tahun 1730-1732. Setelah itu karena pengaruh islam yang dibawa oleh para ulama dari kawasan Persia, penyertaan label Ing Martapura tidak lagi dicantumkan setelah raja selanjutnya, Aji Sultan Muhammad Idris memeluk islam. Ada dua versi sebenarnya mengenai masuknya islam ke Kutai Kertanegara yaitu langsung dari daratan Persia atau dibawa oleh para ulama lewat Makassar, kata Usman Ahmad.
Salah satu penanda keberadaan islam di Kutai Kertanegara ialah berdirinya Masjid Jami Hasanuddin yang berada dikawasan kedaton kerajaan. Masjid ini dibangun pada tahu 1985 saat masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman.

Dicirikan terbuat dari kayu dengan kubah Joglo beraksitektur Melayu, Mesjid ini merupakan pengganti dari mesjid yang sebelumya di baker oleh Belanda dalam perang Kutai-Belanda tahun 1844.

Kerajaan Kutai Kertanegara sendiri berdiri pada abad ke-13 atau sekitar tujuh abad setelah Kutai Mulawarman, di Tepian Batu atau kini dikenal dengan Kutai Lama yang berada di kawasan Muara Subgai Mahakam. Raja pertama sast itu ialah Aji Batara Agubg Dewa Sakti.

Sebagai sebuah kerajaan, Kutia Kertanegara berkembang pesat dan dikenal sebagai pemerintahan yang punya hubungan luas termasuk antara lain dengan Majapahit, Brunei, Campa, dan Cina serta Rusia. Setidaknya berbagai koleksi keramik dari Cina, kursi tanduk binatang pemberian Rusia menyiratkan hal tersebut. Koleksi tersebut kini berada di Museum Mulawarman.

Di Kalimantan Timur kerajaan tak hanya Kutai Kertanegara atau Kutai Martapura, beberapa diantaranya yaitu Kerajaan Pasir dan Bulungan. Bahkan pada tahun 1400 berdir kerajaan Berau yang pada abad ke-19 pecah menjadi dua kerajaan yaityu Gunung Tabur dab Sambailung.
Masa colonial Belanda dan Inggris.
Pada masa ini, peran dan sikap Kutai Kertanegara sebagai pewaris kejayaan Kutai Mulawarman terhadap Belanda dan Inggris cukup menarik untuk ditelusuri.

Persinggungan Kutai Kertanegara diawali saat pusat pemerintahan masih berada di Kutai Lama pada tahun 1634. Ketika itu misi perdagangan Belanda dibawah kepemimpinan Gerrit Thomassen Pool brtemu dengan Sultan Sinom Panji Mendapa Ing Martapura. Pertemuan ini kemudian dilanjutkan kembali pada tahun 1667, 1747 dan hingga bubarnya VOC pada tahun 1799, namun saat itu tujuan Belanda untuk mendapatkan hak monopoli perdagangan tidak kunjung mendapatkan hasil.

Dalam sejarah, pihak Belanda maupun Inggris kerap menggunakan tujuan penelitian ilmiah dan petualangan, lewat medium tersebut secara perlahan mulai mempengaruhi pihak kerajaan.

Paling tidak terjadi beberapa perang besar antara Kerajaan Kutai dengan bangsa Eropa, diantaranya Perang Tembak Maris pada tahun 1844 antara Kutai dengan Inggris. Perang yang dikomandani Awang Long ini berhasil menang melawan Inggris. Perang yang lain juga terjadi pada tahun 1844, yang mengakibatkan kekalahan Kutai Kertanegara sekaligus gugurnya Awang Long pada sebuah perang di dekat istana kesultanan Tenggarong. Kekalahan ini menyebabkan jatuhnya Tenggarong ke tangan Belanda dan mengakibatkan dibakarnya lebih dari 600 rumah, Istana Sultan dan Masjid Jami serta diharuskannya Sultan menandatangani perjanjian Tepian Pandan pada 29 April 1843, yang isinya mengakui Gubernur Hindia Belanda sebagai penguasa tertinggi diseluruh kepulauan Hindia Belanda. Kerajaan lainnya secara beruntun yaitu Pasir tahun 1885, Berau tahun 1837 dan Bulungan pada tahun 1950.

Bayang-bayang imperialisme Belanda terus mengikuti Kutai Kartanegara dan kerap kali menciptakan masa – masa suram kesultanan. Bahkan pada tahun 1960, Kerajaan Kutai Kertanegara di hapus oleh Pemerintah RI dengan raja terakhir ketika itu Sultan Aji Muhamad Parikesit.

Kini sejak tahun 2001, Kerajaan Kutai Kertanegara kembali dihidupkan oleh Bupati Kutai Kertanegara, Syaukani, dengan menobatkan H. Adji Pangeran Prabu Anom Adiningrat sebagai Sultan Kutai Kertanegara Ing Martapura XX dengan gelar H. Adji Muhammad Salehuddin II.

Dengan dihidupkan kembali Kesultanan Kutai Kertanegara, maka kompleks Kedaton seluas 3,5 ha yang dibangun dengan biaya Rp.6 milyar akan semakin marak dan pihak kerajaan berhak atas biaya pengelolaan lembaga Kesultanan dari Pemkab Kukar sebesar Rp.3,5 milyar pertahun. Semoga kejayaan Kutai Kertanegara sebagai pewaris kerajaan tertua akan terulang.

Jumat, Juni 19, 2009

Transaksi

Cata Transaksi hingga Rp. 2 jt per hari

Stand Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kutai Kartanegara yang berada di pintu masuk sebelah kanan Plaza Ambarukmo Yogyakarta, selalu padat didatangi pengunjung. Mereka sangat tertarik dengan berbagai kerajinan industri rumah tangga maupun menyaksikan secara langsung pemutaran VCD tentang berbagai kegiatan dan seni budaya khas tradisional Kukar.

Dalam pameran kali ini, Propinsi Kaltim diwakili stand dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Balikpapan dan Kutai Kartangara.

Menurut Kasubdin Pemasaran Wisata Disbudpar Kukar Drs.H.Nordin,M.Si yang juga ketua rombongan, pihaknya menyiapkan sekitar 1000 buku salasilah Kutai, 3000 lebih profil dan brosur tentang Kukar. Mudah-mudahan nantinya bisa menarik minat Wisman atau Wisnu untuk datang ke Kukar.

Berbagai kerajinan home industri ditampilkan mulai dari anjat, mandau, batik khas Kaltim, ukir-ukiran serta manik-manik yang unik ternyata mampu menarik minat para pengunjung. Sehingga cukup banyak proses transaksi. Ada juga yang sekadar ingin berpose dengan menggunakan anjat atau mandau sebagai kenang-kenangan. Omzet yang didapat perhari antara 1-2 jt rupiah, tambahnya.

tuani sianipar

Potensi Wisata dan Erau dipromosikan

DISBUDPAR manfaatkan Pameran Pariwisata di Yogyakarta


YOGYAKARTA- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kutai Kartanegara terus gencar mempromosikan profil potensi daerah untuk menarik minat wisatawan baik mancanegara atau domestik. Terbukti, usai mengikuti pameran di Jakarta Convention Center (JCC), Disbudpar ikut serta dalam Pameran Pariwisata dan Pagelaran Seni Budaya ke II di Plaza Ambarukmo Yogyakarta.
Pameran berlangsung dari tanggal 12-16 Juni 2009, diikuti 43 stand dari 7 Propinsi di Indonesia. Kepala Disbudpar Kukar Drs.H.M.Idrus Sy,M.Si mengatakan, semua potensi yang dimiliki itu tidaklah cukup dapat berkembang tanpa upaya promosi berkelanjutan.
Karena itu, kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk melakukan promosi dan hasil kerajinan ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan industri pariwisata dan memacu pertumbuhan usaha kerajinan. Berbagai profil, sejarah dan potensi Kukar disajikan dalam pameran ini termasuk berbagai kerajinan home industri khas daerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta Tazbir SH.,M.Hum dan beberapa Pejabat lainnya saat berkunjung ke stand Kukar terlihat antusias sekali menyaksikan sejumlah tayangan audio visual mengenai berbagai kesenian adat dan budaya tradisional yang ada di Kukar. Tazbir mengaku kagum dengan foto dua orang wanita suku Dayak dengan telinga panjang, sangat unik dan langka. Mudah-mudahan nanti, saya dan keluarga bisa langsung datang ke Kutai Kartanegara untuk melihat dari dekat.
Kunjungan ini juga dimanfaatkan oleh Idrus untuk mempromosikan pesta Adata ERAU 2009 yang dilaksanakan pada 26 Juli-3 Agustus 2009. Ia membagi-bagikan brosur ERAU maupun profil Kukar lainnya.
Idrus juga menyempatkan mengunjungi Kantor Dinas Budaya dan Pariwisata Yogyakarta yang berjarak kurang lebih 50 km dari lokasi pameran. Disitu ia juga mmpromosikan pesta adat ERAU 2009. Pameran ini sendiri dibuka secara resmi oleh Kadis Pariwisata Yogyakarta Tazbir, SH., M.Hum. Ia berharap melalui kegiatan ini mampu sebagai ajang promosi pariwisata dan hasil kerajinan nasional ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan industri pariwisata dan kerajinan serta memacu pertumbuhan usaha kerajinan dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

tuani sianipar

Rabu, Juni 17, 2009

Holan Tubu na Tading disi

HOLAN TUBU NATADING DISI

Duduk di puncak Simarjarunjung

Diberanda sopo sopo di bawah bulan
Berdua
Dalam panorama
danau toba bulan
Lelampauan desa dan kapal
ia biarkan bulan dan lelampauan
Menyibak kelam danau
Sambil ia sibak
Lapis lamapau
yang melapis
melipat dalam kenangan

Pulau Samosir di depan
Hanya sepelempar tangan
Cahaya desa tomok
Tampak masih
meski dalam kelam
Terang lelampauan kapal
Menyergap Tomok
Merompak dominasi bulan
Toba Samosir Kabupaten
Lelah bulan menyerahkan

Memandang Samosir
membesar lewat pasir Kabupaten
Ia ingat orang Batak
menikam banyak pulau
semakin banyak berlubang
ia simpan sedih Samosir (holan tubu na tading disi)
dalam oartanya

Ia lunjurkan kedua kaki
Kakinya sampai ke Samosir
Ia rentangkan satu tangannya
meraih selembar daun sirih
Ia harus berjaga-jaga
Mana tahu penguasa danau
Merompak kenangan
Maka ia goyang-goyangkan jemarinya

Seakan membuat kuda-kuda
Sambil menuang gelas kenang
Ke dalam kerongkongan jiwa
Ia tersenyum
pada masa kanak
dengan angan panjang dan biduk kecil
Mencoba mansing mujahir raksasa
Agar diseret sampai seberang sana

Kini sering mancing kata
Namun kata-kata selalu
Yang menangkapnya
Tor tor dangdut

Bulan senyum
Ingin menggoda pula
Mengirim gerimis gondang
Lebih segar dibanding
Gerimis dalam puisi gorga sianipar

Pareman kontongmenyergap dari belakang
ikut ketawa
ia biarkan sepoi rupiah
menuangkan kedalam
piring pareman
Sambil membiarkan
air terjun kelam
memajat lembut
sarang tawa
ai....amang

Malam semakin larut
Kafe kristin semakin menyanyi
ditingkah lenting gitar
tawa dan canda rayu
campur sangsang dan aroma tuak

teman-teman gantian
miring dan rada goyang
maju ke depan mikrofon
menyanyikan trio ambisi
dengan suara sumbang

Ia yang telah melewati kearifan tuak
Tidak lagi acuh pada minuman
Mereka mengacungkan gelas
Ia membalas dengan senyuman
Lantas meraih mikrofon
Ia lontarkan serak seruling
Sambil menyimpan rintih samosir
Dalam kerongkongannya

tuani sianipar


Minggu, Juni 14, 2009

PISAH SAMBUT PENDETA

Pisah Sambut KMJ Pdt. Ny. Sarah Martha Yuliana Tahitu Hengkesa, S.Ag (lama) dengan KMJ Pdt. Yorinawa Salawangi, S.Th (baru).
Minggu, 14 Juni 2009.
Pendatanganan Naskah Berita Acara Serah Terima jabatan dari KMJ lama kepada KMJ baru berlangsung saat ibadah minggu yang dipimpin oleh Pdt. Marthin Leiwakabessy, S.Th. Dalam acara ini turut hadir dari GPIB "Gloria" Tenggarong, GPIB "Sion" Jahab Pdt. Dina Lambe Palembona, Immanuel Samarinda dan Gerakan Pemudanya, Pospelkes "Hosana" Loa Ulung, Undangan gereja setempat, Pospelkes Long Masengat, Pospelkes "Marantha" Sebulu, Sekretaris PGI, BPAGK (Badan Pengurus Antar Gereja Kristen).

Diselang ibadah tersebut, juga diisi dengan puji-pujian seperti Solo, BPK PA, GP Immanuel, PS Efata, GP Efata. Gedung gereja dipenuhi dengan sesak jemaat karena hari ini adalah hari terakhir Pdt. Sarah akan bertatap muka langsung karena diminggu depannya Pdt. Sarah tidak berada lagi di Tenggarong karena sudah dimutasi ke Jemaat GPIN "Ebenhaezer" Jakarta Pusat (19 Juni 2009). Kesedihan terpancar dari raut wajah para jemaat karena selama ini Pdt. sarah dianggap sangat baik dan sukses membina jemaatnya. Pdt. Sarah dalam melayani sangat dekat dengan jemaat. Beliau dalam melayani tidak banyak bicara tapi perbuatan turun langsung ke jemaat. Banyak kemajuan di jemaat efata selama beliau melayani di efata. Penulis berita ini (tuani sianipar) menilai pendeta sarah sangat disiplin, tegas, walaupun seorang pendeta tidak malu bertanya kepada jemaatnya.

Pdt. Marthin Leiwakabessi, S.Th (Ketua BP Mupel Kaltim II) sebagai fungsionaris Majelis Sinode yang ditugaskan menerima naskah berita acara serah terima jabatan dari KMJ yang lama Pdt.Ny.Sarah MY Tahitu Hengkesa,S.Ag dan kemudian diserahkan kepada KMJ baru Pdt.Yorinawa Salawangi,S.Th yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan di efata Tenggarong.

Setelah naskah serah terima kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan:
Pdt.Ny.Sarah Martha Yuliana Tahitu Hengkesa,S.Ag menyampaikan rasa terima kasih kepada Majelis Sinode atas kepercayaannya menugaskan di efata dan di Ebenhaezer jakarta Pusat (sekarang), agar dalam pelayanan selalu diberkati Tuhan, terima kasih atas segala kerjasama jemaat, BPK, rekan-rekan pendeta, koster, suami yang telah membantu dalam pekerjaan, Pelayan PA, saya mohon maaf yang sedalam-dalamnya kalau ada perbuatan yang kurang berkenan dihati.
Dalam penyampaian sambutan pendeta Sarah sempat menitikkan air mata, banyak cerita kenangan yang disampaikan (tuani hanya menulis ringkasnya).

Kemudian dilanjutkan dengan sambutan Pdt. Yorinawa Salawangi,S.Th menyampaikan terima kasih kepada majelis Sinode yang diwakili oleh BP Mupel Kaltim II atas kepercayaan kepada saya untuk memimpin/melayani di efata, berharap dalam pelayanan berjalan dengan baik, dan jemaat menyayangi saya sebagaimana pdt.Sarah disayangi oleh jemaat efata, mari kita bergandengan tangan dalam pelayanan. Dalam kesempatan ini pdt.Yorinawa menyampaikan salam dari jemaat GPIB "Kasih Abadi" Perawang Pekanbaru buat jemaat efata disini.

Selanjutnya Pnt. Yohanis Billan (PHMJ Efata Tenggarong) menyampaikan, selama ini estafet kepemimpinan berbeda dengan tahun lalu, terima kasih kepada Pdt.Marthin Leiwakabessi, selamat datang Pdt.Yorinawa Salawangi,S.Th selamat bertugas di Efata Tenggarong, terima kasih kepada suami Pdt.Sarah, mohon maaf atas perbuatan-perbuatan yang kurang bewrkenan selama ini.

Kemudian Sekretaris PGI Kab. Kutai Kartanegara Pdt.Apollos menyampaikan bersyukur PGI dapat melakukan pekerjqaan dengan pdt Sarah, terimaq kasih, mohon maaf kalau ada sikap yang kurang berkenan, selamat jalan untuk tugas yang baru.

Pdt.Marthin Leiwakabessy,S.Th, dalam sambutannya mengatakan mutasi adalah proses penyegaran dan pembinaan, kalau ada pendeta yang masuk bagus, keluar juga harus bagus, boleh-boleh aja pendeta ditahan atau mohon diperpanjang masa tugas tapi jangan ditolak kalau ada pendeta yang datang, semua pendeta ada kekurangan ada kelebihan, atas nama Majelis Sinode terima kasih kepada Pdt.Sarah, selamat jalan. Pdt.Yorinawa selamat bergabung di Mupel Kaltim II.

Kemudian setelah selesai prosesi serah terima dan ibadah diakhiri dengan berkat oleh Pdt. Yorinawa Salawangi,S.Th.

Sebagai rasa syukur jemaat buat Pdt.Sarah, dilanjutkan dengan pemberian bingkisan/cinderamata masing-masing dari:
1. Mupel Kaltim II
2. GPIB Gloria Tenggarong
3. BPIB Sion Jahab
4. Pospelkes Maranatha Sebulu
5. Pospelkes Hosana Loa Ulung
6. Efata Tenggarong
7. Sektor I
8. Sektor II
9. Sektor III
10. BPK PA
11. BPK PT
12. Bpk GP
13. BPK PKB
14. BPK PW
15. Kel. Sidarta
16. Kel. S.Silalahi Siregar
17. Kel. Yudiarta
18. Kel. Haryanto
19. Sdri. Bunga
20. Bpk. Marthin Luter
21. Kel. Massora
22. Kel. B. Hutagalung
23. Kel. D. Sirenden
24. Kel. Yance Taroreh
25. Kel. Bernard Robert
26. Pdt. Dina Lambe Palembonan

Selamat melayani Pdt. Ny. Sarah Martha Yuliana Tahitu Hengkesa, S.Ag di tempat yang baru
Tuhan Yesus Kristus Memberkati

Sebagai penutup dari seluruh acara ini adalah makan siang yang didoakan Pdt. Apollos (Sekretaris PGI)

tuani sianipar

Sabtu, Juni 13, 2009

PUISI

YESUS

Yesus, mata ini belum pernah melihat
wujudmu yang mulia
Selubung akal menggantung berat diantara
wajah suciMu dan wajahku

Aku tak melihat Engkau, juga tak mendengar Engkau,
walau Engkau sering bersamaku
Di bumi tak ada yang begitu indah
seperti tempat pertemuan kita

Laksana mimpi ceria yang muncul tanpa diminta
ketika aku tertidur lelap
GambarMu selalu memenuhi pikiranku,
memikat jiwaku yang terpesona

tuani sianipar

TONGKAT ESTAFET

Yesus menyadari, bahwa ibarat dalam lari estafet, penyerahan tongkat itu amat menentukan. Sebab sekali tongkat itu terjatuh, maka selesailah semuanya. Betapapun laju pelari yang terdahulu.

40 hari itu adalah saat penyerahan tongkat esrafet.
Anehnya selama 40 hari itu, Yesus tak banyak berpidato.
Murid-muridnya tidak dikonsinyir dalam suatu peraturan yang ketat.

Yesus menyadari, kata-kata tidak mengubah manusia. Sebab itu, Ia lebih memilih pendekatan, daripada penataran. Perjumpaan pribadi, daripada indoktrinasi.

Melalui perjumpaan pribadi itulah, yang tercerai berai dipersatukan.
Yang jatuh dibangunkan.
Yang ragu-ragu dikuatkan.
Yang terluka diobati.
Semua hubungan ditata dan disambung kembali. Baru setelah itu, sejarah baru pun dimulai

hendri sianipar

SALIB KRISTUS

Pada Salib Kristus itu, apakah yang sebenarnya kita lihat?

yang kita lihat disana, adalah
1. Pengorbanan yang sadar dan sukarela, bukan korban yang tak berdaya
2. Ketaatan yang sebebas-bebasnya, bukan fatalisme yang membabi buta
3. Pengampunan bagi para pendosa, bukan toleransi terhadap dosa
4. Sikap yang tegar menghadapi penderitaan, bukan sikap terpaksa menerima penderitaan
5. Peperangan habis-habisan, bukan sikap menyerah tanpa perlawanan

Itulah KASIH!
Ia aktif, tidak pasif
Ia mengubah nasib, bukan menerima nasib
Penyerahan diri, bukan menyerah
Lemah lembut, tapi tidak lemah
Yesus mengasihi kita, "meskipun" kita tak layak dikasihi.

hendri sianipar

Rabu, Juni 10, 2009

PROMOSI WISATA

DISBUDPAR Promosikan ERAU di Gebyar Wisata Nusantara 2009 di Jakarta

JAKARTA- Pameran Gebyar Wisata Nusantara Expo 2009yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) benar-benar meriah yang berlangsung selama 4 hari (4-7 Jnni 2009) yang diikuti oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Kutai kartanegara untuk mempromosikan Obyek-obyekWisata serat event ERAU yang berlangsung di bulan Juli (26 Juli-3 Agustus 2009).

Promosi ERAU ini sekaligus untuk mendukung program Visit East Borneo Year 2009 sebagai upaya meningkatkan kepariwisataan di Kaltim khususnya di Kutai, ujar Kasubdin Pemasaran Drs.H.Nordin, M.Si.

Informasi tentang Erau dapat diketahui para pengunjung pameran. Disbudpar telah menyiapkan beberapa brosur tentang erau. Gencarnya publikasi tentang erau melalui stand pameran Dispudbar Kukar diharapkan dapat menyedot wisatawan domestik maupun manacanegara untuk datang ke Kukar untuk menyaksikan pagelaran pesta budaya adat Erau 2009.

Banyak pengunjung yang meminta penjelasan dan brosur tentang festival Erau.Petugas stand berusaha semaksimal mungkin mungkin untuk memberikan penjelasan tentang erau kepada pengunjung.

Keikutsertaan Disbudpar Kukar pada ajang pameran Gebyar Wisata Nusantara ini adalah yang ketujuh kalinya. Menurut Drs.Nordin,M.Si pameran ini meryupakan sarana promosi berbagai potensi yang dimiliki oleh Kukar, serta informasi tentang potensi dan peluang investasi serta peluang pasar yang dimiliki daerah.

Pameran kali ini banyak menampilkan kerajinan khas masyarakat Kukar seperti kerakinan dari manik-manik, dan brosur tentang potensi wisata kepariwisataan Kukar yang banyak dicari pengunjung.

tuani sianipar

Senin, Juni 01, 2009

Pendeta GPIB "EFATA" Tenggarong

1. Pdt. Y.L. Pantouw, S.Th (KMJ Immanuel Samarinda) - 1976-1981
2. Pdt. Thomas Bruri Lewakabessy, S.Th (KMJ Efata Tenggarong) - 1981-1984
3. Pdt. Hendrik Lobi Tiwow, S.Th (KMJ Efata Tenggarong) - 1984-1990
4. Pdt. Viktor Hutauruk, S.Th (KMJ Efata Tenggarong) - 1992-1996
- Vic. Drs. Ian Waisal - 1994-1996
5. Pt. Job Makienggung, S.Th (KMJ Efata Tenggarong) - 1996-2000
- Vic. Godlif Andy Soerono, S.Th - 1996-1998
- Pdt. Robert Marthin, S.Si., S.Th (Pospelkes Sion Jahab dan Gloria Maluhu) - 1997-2000
6. Pdt. Febri CH Parimo R, S.Th (KMJ Efata Tenggarong) - 2001-2005
- Pdt. Novita Wuryani Sibarani, S.Th (Pospelkes Sion Jahab) - 2002-2006
- Pdt. Sri Maharani Kembaren Ginting, S.Th (Pospelkes Gloria Maluhu) - 2002-2006
- Pdt. Jhon Lewakabessy, S.Th (Pospelkes Hosana Loa Ulung) - 2002-2004
- Pdt. Rosalyn Molle, S.Si (Pospelkes Hosana Loa Ulung) - 2004-2009
7. Pdt. Sarah Tahitu Hengkrsa, S.Ag (KMJ Efata Tenggarong) - 2006-2009
- Pdt. Deiby Sofia Wilhel Mina Paath (Pospelkes Maranatha Sebulu) - 2008-now
- Pdt. Dina Lambe Palembonan (Pospelkes Sion Jahab) - 2006-2009
- Pdt. Roslyn Molle, S.Th (Pospelkes Hosana Loa Ulung)

sumber : Pnt. Drs. Paulus Batong (Sekretaris)
mohon maaf kalau ada yang kurang.

hendri sianipar

Riwayat Singkat GPIB Pospelkes "SION" Jahab

Sejak pertengahan tahun 1971 ada dua KK (12 jiwa) terdiri dari 8 laki dan 4 wanita pindahan dari GPIB Immanuel Samarinda ke Kampung Jahab untuk bertani. Tahun 1971-1974 bertambah anggota menjadi 6 KK (27 jiwa). Selama dari tahun 1971-1974 warga jemaat tersebut beribadah minggu bergabung dengan jemaat GPdI "Bukit Sion" Km 4 Jahab.

Pada tahun 1975-1976 Jemaat GPIB Sion sektor Jahab bertambah menjadi 10 KK (48 jiwa). Mulai saat itu Jemaat Sektor Jahab dibina oleh GPIB Immanuel Samarinda sebagai Jemaat Induk yang diprakarsai oleh Pdt.Y.L.Pantaow,S.Th (KMJ). Adapun ibadah saat itu dilaksanakan dirumah Bpk, Thomas Tangan. Sementara rencana pembangunan gedung gereja telah disponsori oleh PW Immanuel Samarinda dengan memberikan bahan berupa 11 lbr atap sirap dan uang tunai Rp.600.000,- dari Immanuel Samarinda.

Pada tahun 1976 dibentuk Panitia Pembangunan Gereja:
- Ketua : Andarias Minggu (Alm)
- Sekretaris : Paulus Batong
- Bendahara : Thomas Tangan

Awal tahun 1977-1978 Panitia Pembangunan mulai aktif melaksanakan kegiatan: mengadakan pendekatan kepada Kepala Kampung Jahab (Bpk. Silas Belly) dan Kepala Adat (Bpk. Daniel Dodot), mohon doa restu, dan kemudian kepada masyarakat kampung Jahab khususnya Bapak Daniel Nong yang dengan penuh suka cita mengibahkan sebidang tanah (kebun) yang terletak di jln. Etam Km 5 RT 1 Kampung Jahab (sekarang)

Utara : 80 mtr
Selatan : 80 mtr
Timur : 34 mtr
barat : 80 mtr

Pelaksanaan pembanguna dimulai Januari 1977 dengan pondasi bangunan 12 mtr dan 6 mtr. Akhir Mei 1978 atap sirap dipasang, lantai masih tanah, belum adan dinding, gereja sudah mulai dipakai 28 Mei 1978 ditandai dengan pemberkatan Nikah Kudus tiga pasang pengantin yang dilayani oleh Pdt.Y.L.Pantaow,S.Th, yaitu:
1. Paulus Batong dengan Paulina Randan
2. Petrus Rapi dengan Martina
3. Yusuf Darmanto dengan Bertha Bunga

Keadaan Warga Jemaat GPIB Sion Jahab saat itu (Mei 1978) berjumlah 26 KK (115 jiwa).

Pada awal tahun 1980 Gedung Gereja rampung semi permanen, dan surat keterangan hibah dibuat tanggal 20 Januari 1980 berupa segel aslinya dibawa oleh Bapak pnt. Simbolon (Ketua III) dan disimpan di Immanuel Samarinda dan foto copy di Sion Jahab.

Tahun 1975 - 1980 Warga Jemaat GPIB Sion Jahab bertambah menjadi 75 KK (361 jiwa).

Akhir Oktober 1981 GPIB "SION" Jahab berubah status dari GPIB Immanuel Samarinda menyerahkan Sektor Sion Jahab kepada Jemaat GPIB Efata Tenggarong yang baru didewasakan menjadi jemaat induk.

sumber berita : Pnt. Drs. Paulus Batong (Sekretaris)

hendri sianipar

Pelembagaan GPIB "SION" Jahab (291)






Minggu, 31 Mei 2009


Jemaat "SION" Jahab merupakan Pospelkes dari Jemaat Efata Tenggarong yang sudah lama ingin merindukan suatu jemaat yang mandiri. Dengan dukungan dari KMJ Tenggarong dan antusiasnya jemaat Sion Jahab dengan bahu membahu mulai merancang, melobi, mencari dana, dll. Ketika semuanya telah terencana dengan baik, maka diputuskan pada Minggu 31 Mei 2009 dilakukan Pelembagaan GPIB "SION" Jahab, Tenggarong yang ke-291.

Dalam ibadah pelembagaan tersebut hadir Pdt.J.D.Sihite,MA (Ketua I MS), Ass.IV H.M.Husni Omz, Pdt.Ny.Sarah Tahitu H,S.Ag (KMJ Efata Tenggarong), Pdt.Roslyn Manopo (Hosana Loa Ulung), Pdt.Ny.Dina Lambe Palembonan (KMJ Sion Jahab), Pdt.Ny.Febry CH Parimo R,S.Th (KMJ Karang Joang), Pdt.Novita Sibarani (Balikpapan), Pdt.Marthin (KMJ Immanuel Samarinda), para PHMJ (Efata Tenggarong, Maranatha Sebulu, Gloria Maluhu, Hosana Loa Ulung), Unangan dari gereja setempat.

Acara diawali dengan tarian selamat datang (pemuda), kemudian laporan dari Panitia Pelembagaan Pdt.Ny.Dina Lambe Palembonan (KMJ) mengatakan, ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pdt.J.D.Sihite,MA, Majelis Efata Tenggarong, kepada anggota panitia yang suah bekerja keras, para donatur, simpatisan yang telah membantu pendanaan, pemerintah Kab.Kutai Kartanegara, Mupel Kaltim II, pendewasaan ini bukan untuk berpisah dari Efata Tenggarong tapi untuk lebih mandiri/dewasa, Pdt.Dina Lambe Palembonan memohon kepada pemerintah setempat agar bantuan dapat lebih ditingkatkan. Kemudian sambutan dari KMJ Efata Tenggarong Pdt.Ny.Sarah Tahitu H,S.Ag menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ass IV H.M.Husni Omz, Pdt.J.D.Sihite,MA, Majelis Sinode Jakarta, BP Mupel Kaltim II, rekan2 pendeta yang pernah melayani di Efata Tenggarong (sebagian hadir), panitia. Selamat kepada Jemaat Sion Jahab. Sementara itu Ketua BP Mupel Kaltim II Pdt.Marthin dengan singkat mengatakan Kaltim II mempunyai ciri khas karena berada di 2 kotamadya dan 3 Kabupaten, terima kasih kepada MS karena sangat rajin berkunjung, kedepan semakin bertumbuh, selamat bergabung. Kemudian Pdt. J.D.Sihite,MA dengan ciri khas candanya dalam sambutan menjelaskan tentang visi dan misi GPIB, sejarah GPIB (Gereja Negara.....), secara detail menjelaskan bagaimana berdirinya GPIB, dan menyampaikan bagaimana GPIB yang ada di seluruh Indonesia berada di jalur utama/protokol. Dimohon agar GPIB mengadakan audiens dengan Pemda, Legislatif, GPIB bukan hanya membangun spiritual tapi juga fisik, sarana, jemaat harus mendukung pemerintah setempat.

Satu keunggulan ari pelembagaan ini adalah hadirnya Ass IV H.M.Husni Omz Kab. Kutai Kartanegara yang menandatangani prasasti, sekaligus menyampaikan permohonan maaf karena Bapak Pj.Bupati tidak bisa hadir, beliau menceritakan sudah dua kali mengikuti acara peresmian yang seperti ini (pertama di Samboja), kerja sama yang baik tetap dipertahankan, pemerintah berkewajiban mengayomi dan membantu. Pemerintah berharap agar dalam Pemilu Presiden nanti tetap kondusif, lancar dan sukses, mari kita bergandengan tangan dan kami siap menfasilitasi. Kami mengucapkan selamat dan telah selesainya pembangunan gereja, Tuhan Yesus Memberkati. Setelah selesai sambutan Ass IV kemudian menandatangani prasasti dan membuka papan nama : Jemaat GPIB "SION" Jahab, kemudian Pdt.J.D.Sihite,MA didampingi oleh Ass IV, Pdt.Sarah Tahitu H,S.Ag, Pdt.Dina Lambe Palembonan menggunting pita yangn menandakan atau mengawali bahwa gedung gereja ini dapat digunakan untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan (pita digunting) dan langsung memasuki gereja sambil mmeninjau.

Setelah Ass IV kembali, kemudian dilanjutkan dengan ibadah bersama yang dipimpin oleh Pdt.J.D.Sihite,MA dari Kis.2:1-4 yang menceritakan tentang "Roh Kudus". Didalam ibadah dibacakan mengenai Surat Tugas Majelis Sinode, Surat Keputusan tentang Pelembagaan, Surat Keputusan tentang Penempatan Pendeta (KMJ), dan pembacaan daftar nama 16 Pnt/Dkn GPIB Sion Jahab dan terakhir penandatanganan Prasasti oleh Pdt.J.D.Sihite,MA (Ketua I MS).

Seluruh Jemaat Efata Tenggarong mengucapkan Selamat atas Pelembagaan Jemaat GPIB "SION" Jahab ke-291.
Tuhan Yesus Kristus Memberkati

nb. maaf flashdisk kena firus diwarnet, jadi foto-foto pada hilang semua, akan di upload suatu saat.

hendri sianipar